Tuesday, May 6, 2014

(Tak) Ada Tempat (Yang Benar-Benar) Aman bagi Anak

 

Orangtua akhir-akhir ini mungkin merasakan kekhawatiran saat anak keluar dari rumah, entah itu untuk berangkat sekolah atau bermain. Bagaimana tidak? Lihat saja pemberitaan di televisi beberapa waktu ini. Kekerasan dan pelecehan seksual terhadap anak sedang marak-maraknya terjadi di lingkungan sekitar. Bahkan di lembaga pendidikan sekalipun yang seharusnya menjadi tempat aman bagi anak, tak luput dari kejahatan.

 

Geram saat menyaksikan berita kekerasan dan pelecehan terhadap anak di televisi ataupun di koran. Hukum 10 atau 15 tahun rasanya tak cukup untuk mengadili kekejian yang dilakukan oleh pelaku. Mungkin korban akan mengalami trauma yang mendalam sepanjang hidupnya. Masa depan anak yang menjadi korban menjadi taruhan. 

 

Terkadang saya berpikir kejadian ini sudah banyak terjadi sejak lama, tapi saat ini baru terungkap. Entah untuk menutupi kasus-kasus politik atau apalah, yang jelas kasus-kasus ini tak dapat dibiarkan begitu saja. Adanya kejadian luar biasa ini, memberi pelajaran bagi para orangtua. Orangtua menjadi lebih waspada dan perhatian pada anak-anaknya. Sekarang sekolah-sekolah penuh dengan kendaraan antar jemput anak, sekolah-sekolah juga ramai oleh orangtua yang menunggui anaknya di sekolah. 

 

Seharusnya kewaspadaan orangtua tidak hanya di sekolah. Di rumahpun tempat yang dianggap teraman bagi anak, tak boleh lupa mendapat pengawasan. Menurut data PUSDATIN komnas perlindungan anak Indonesia atau KPAI jumlah kasus kekerasan terhadap anak pada tahun 2013 sebanyak 1.620 kasus. Sebanyak 4.900 kasus atau 30 persen diantaranya merupakan kasus kekerasan fisik 313 kasus atau 19 persen kekerasan psikis dan 817 kasus atau 51 persen kekerasan seksual.  Justru yang melakukan tindakan tersebut orang-orang terdekat seperti keluarga dan tetangga, bahkan orangtua sendiri. (http://batukota.go.id/berita-759-waspadai-kekerasan-terhadap-anak.html)

 

Proteksi diri tidak bisa bila hanya dari orangtua, tetapi juga anak sejak dini harus diajarkan bagaimana melindungi diri sendiri. Dan sebagai orangtua juga tidak mudah untu mempercayai oranglain meskipun keluarganya untuk memegang anak mereka. Karena sekarang ini zaman wis edan (gila). Saya jadi teringat sebuah tembang jawa yang kurang lebih kalimatnya seperti ini: jaman iki jaman edan, sing ora edan ora komanan, nanging luwih becik wong sing eling lan waspodo.(Jaman ini jaman gila, yang tidak gila tidak kebagian, tetapi lebih baik orang yang ingat dan waspada)

 

 

-Nina-