Tuesday, November 6, 2012

Persepsi


A.    Pengertian Persepsi
Dalam buku perilaku dan manajemen organisasi ( John M. Ivancevich, dkk 2006: 116) persepsi didefinisikan sebagai proses kognitif dimana seseorang individu memilih, mengorganisasikan, dan memberikan arti kepada stimulus lingkungan. Melalui persepsi, individu berusaha untuk merasionalkan lingkungan dan objek, orang dan peristiwa di dalamnya.  Persepsi, menurut Jalaludin Rakhmat (1998: 51), adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafslrkan pesan.
Bimo Walgito (2002: 87) mengemukakan bahwa persepsi seseorang merupakan proses aktif yang memegang peranan, bukan hanya stimulus yang mengenainya tetapi juga individu sebagai satu kesatuan dengan pengalaman-pengalamannya, motivasi serta sikapnya yang relevan dalam menanggapi stimulus. Individu dalam hubungannya dengan dunia luar selalu melakukan pengamatan untuk dapat mengartikan rangsangan yang diterima dan alat indera dipergunakan sebagai penghubungan antara individu dengan dunia luar. Agar proses pengamatan itu terjadi, maka diperlukan objek yang diamati alat indera yang cukup baik dan perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan pengamatan. Persepsi dalam arti umum adalah pandangan seseorang terhadap sesuatu yang akan membuat respon bagaimana dan dengan apa seseorang akan bertindak.
Dari definisi persepsi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman yang ada dan kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan gambaran yang berarti.

B.     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Makmuri Muchlas ( 2008: 119) ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu :
  1. Pelaku persepsi : penafsiran seorang individu pada suatu objek yang dilihatnya akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya sendiri, diantaranya sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan. Kebutuhan atau motif yang tidak dipuaskan akan merangsang individu dan mempunyai pengaruh yang kuat pada persepsi mereka. Contoh-contoh seperti seorang tukang rias akan lebih memperhatikan kesempurnaan riasan orang daripada seorang tukang masak, seorang yang disibukkan dengan masalah pribadi akan sulit mencurahkan perhatian untuk orang lain, dll, menunjukkan bahwa kita dipengaruhi oleh kepentingan/minat kita. Sama halnya dengan ketertarikan kita untuk memperhatikan hal-hal baru, dan persepsi kita mengenai orang-orang tanpa memperdulikan ciri-ciri mereka yang sebenarnya.
  2. Target atau obyek persepsi : Gerakan, bunyi, ukuran, dan atribut-atribut lain dari target akan membentuk cara kita memandangnya. Misalnya saja suatu gambar dapat dilihat dari berbagai sudut pandang oleh orang yang berbeda. Selain itu, objek yang berdekatan akan dipersepsikan secara bersama-sama pula. Contohnya adalah kecelakaan dua kali dalam arena ice skating dalam seminggu dapat membuat kita mempersepsikan ice skating sebagai olah raga yang berbahaya. Contoh lainnya adalah suku atau jenis kelamin yang sama, cenderung dipersepsikan memiliki karakteristik yang sama atau serupa.
  3. Situasi : Situasi juga berpengaruh bagi persepsi kita. Misalnya saja, seorang wanita yang berparas lumayan mungkin tidak akan terlalu ‘terlihat’ oleh laki-laki bila ia berada di mall, namun jika ia berada dipasar, kemungkinannya sangat besar bahwa para lelaki akan memandangnya
Menurut David Krech dan Ricard Crutcfield dalam Jalaludin Rahmat (2007:55) faktor-faktor yang menentukan persepsi dibagi menjadi dua yaitu : faktor fungsional dan faktor struktural.
                  1.            Faktor Fungsional
Faktor fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Faktor fungsional yang menentukan persepsi adalah obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. Yang menentukan persepsi bukan bentuk atau jenis stimuli tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli tersebut.
                  2.            Faktor Struktural
Faktor struktural adalah faktor-faktor yang berasal semata-mata dari sifat stimulus fisik terhadap efek-efek syaraf yang ditimbulkan pada sistem saraf individu. Faktor-faktor struktural yang menentukan persepsi menurut teori Gestalt bila kita ingin memahami suatu peristiwa kita tidak dapat meneliti faktor-faktor yang terpisah tetapi memandangnya dalam hubungan keseluruhan.
  
C.     Proses Terjadinya Persepsi
Menurut Bimo Walgito (2002:90), terjadinya persepsi melalui suatu proses, yaitu melalui beberapa tahap sebagai berikut: 1) Suatu obyek atau sasaran menimbulkan stimulus, selanjutnya stimulus tersebut ditangkap oleh alat indera. Proses ini berlangsung secara alami dan berkaitan dengan segi fisik. Proses tersebut dinamakan proses kealaman, 2) Stimulus suatu obyek yang diterima oleh alat indera, kemudian disalurkan ke otak melalui syaraf sensoris. Proses pentransferan stimulus ke otak disebut proses psikologis, yaitu berfungsinya alat indera secara normal, dan 3) Otak selanjutnya memproses stimulus hingga individu menyadari obyek yang diterima oleh alat inderanya. Proses ini juga disebut proses psikologis. Dalam hal ini terjadilah adanya proses persepsi yaitu suatu proses di mana individu mengetahui dan menyadari suatu obyek berdasarkan stimulus yang mengenai alat inderanya.
Dalam http://bukunnq.wordpress.com/2011/04/23/persepsi/ proses persepsi melalui tiga tahap, yaitu:
  • Tahap penerimaan stimulus, baik stimulus fisik maupun stimulus sosial melalui alat indera manusia, yang dalam proses ini mencakup pula pengenalan dan pengumpulan informasi tentang stimulus yang ada.
  • Tahap pengolahan stimulus sosial melalui proses seleksi serta pengorganisasian informasi.
  • Tahap perubahan stimulus yang diterima individu dalam menanggapi lingkungan melalui proses kognisi yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, serta pengetahuan individu.

D.    Pengaruh Persepsi dalam membuat Penilaian Tentang individu lain
Dalam mempersepsikanj individu lain  aplikasi yang paling relevan dalam perilaku organisasi adalah Teori Atribusi. Teori atribusi ( teori hubungan) mengemukakan bahwa ketika mengobservasi perilaku seorang individu, kita berupaya untuk menentukan apakah perilaku tersebut disebabkan secara internal atau eksternal. Perilaku yang disebabkan secara internal adalah perilaku yang diyakini dipengaruhi oleh kendali pribadi seorang individu. Sedangkan perilaku yang disebabkan secara eksternal disebabkan oleh akibat dari sebab-sebab luar, maksudnya individu tersebut dianggap terpaksa berperilaku demikian karena situasi, misalnya seseorang terlambat datang karena kecelakaan.
Dalam teori atribusi terdapat tiga faktor penentu (Stephen Robbins& Timothy A. Judge, 2009: 176), yakni :
                                          1.            Perbedaan atau kekhususan; menerangkan apakah seseorang memperlihatkan perilaku berbeda dalam situasi yang berbeda pula.
                                          2.            Konsesus; apabila semua individu yeng menghadapi situasi serupa merespon dengan cara yang sama.
                                          3.            Konsistensi; dalam tindakan-tindakan individu apakah individu tersebut selalu merespon dalam cara yang sama secara terus menerus.

E.     Cara-cara Singkat yang digunakan dalam Menilai Individu lain
Dalam menginterprestasikan dan mempersepsikan apa yang dikerjakan orang lain, terkadang kita diharuskan menempuh cara-cara singkat untuk menilai orang lain. cara-cara tersebut antara lain (Makmuri Muchlas, 2008: 131):
                  1.            Persepsi Selektif ; merupakan persepsi di mana ornag-orang mengitrprestasikan secara selektif apa yang mereka lihat berdasarkan kepentingan, latar belakang, pengalaman dan sikap mereka.
                  2.            Proyeksi; kecendrungan untuk menghubungkan karakteristik-karakteristik diri sendiri dengan individu lain, dalam menilai orang lain kita beranggapan bahwa mereka  menyerupai/ mirip dengan kita.
                  3.            Stereotip; ketika menilai seseorang berdasarkan persepsi tentang kelompok dimana dia tergabung.
                  4.            Efek Halo; membuat sebuah gambaran umum tentang seseorang individu bgerdasarkan sebuah karekteristik, seperti kepandaian, keramahan, dll.


Daftar Pustaka
Bimo Walgito.2002.Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta.Andi Offset
Jalaluddin Rahmat, 2003. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya : Bandung.
John M. Ivancevich, dkk.2006.Perilaku dan Manajemen Organisasi.Jakarta.Erlangga
Makmuri Muchlas.2008.Perilaku Organisasi.Yogyakarta.Gadjah Mada University Press
Stephen P. Robbins, Timothy A. Judge.2009.Perilaku Organisasi edisi 12. Jjakarta.Salemba Empat.
http://bukunnq.wordpress.com/2011/04/23/persepsi diakses pada 06 Mei 2012

5 comments:

Travel said...

mbak nina saya minta file nya ya, saya copy, minta izin nya , terima kasih :)

Maryamsepti said...

ok...silahkan...

Unknown said...

mbak nina, saya izin copy untuk refrensi ya.......... terimakasih

Maryamsepti said...

silahkan....:)

senseiblogger.blogspot.com said...

terimakasih banyak, semoga kebaikan anda dibalas oleh Tuhan YME