postingan ini aku tulis beberapa tahun lalu setelah mengunjungi Yakatunis.........
Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam Indonesia(Yaketunis) terletak di jalan Parangtritis km 4,6 Yogyakarta. Saat kami datang ke sana, kami disambut dengan senyum ramah dari para penghuni Yaketunis. Dalam sebentar saja kami merasa betah berada di sana. Dalam keterbatasan mereka,, tak ada tampak wajah bersedih atau merasa beda dari orang lain. Kami berbaur dengan mereka seperti kami berada di lingkungan orang-orang yang tak memilliki keterbatasan.
Pada saat kami di sana, kebetulan sedang dilaksanakan acara pemilihan ketua asrama dan pergantian pengurus. Acara tersebut di mulai dari pukul delapan pagi, hingga sore sekitar pukul lima. Mereka semua berpartisipasi penuh dengan acara tersebut sehingga acara itu dapat berjalan dengan asyik dan menyenangkan. Keakraban dan kehangatan mereka membuat kami merasa terharu. Walau mereka tak seberuntung remaja pada umumnya, tapi mereka dikaruniai oleh sesuatu yanng luar biasa yang tak dimiliki orang-orang normal seperti kami.mereka punya kelapangan hati menerima keterbatasan mereka. Selama kami di sana, kami tidak menemukan keluhan akan keterbatasan tersebut. Tetapi hanya semangat dan kebahagiaan yang ada di mata mereka yang tak mampu melihat. Tanpa mata yang normal, mereka mampu melihat apa arti kehidupan. Dengan mata hati yang lapang, mereka mampu melihat apa yang tidak dapat kami lihat.
Dalam acara tersebut, pembawa acara membacakan susunan acara dengan huruf braile. Dan jika kita tidak memperhatikan mata pembawa acara tersebut, kita tidak akan tahu bahwa dia membaca tidak dengan matanya, tapi dengan jari-jari yang bergerak ke kanan dan ke kiri menelusuri setiap huruf braile yang ada di atas kertas.
Begitu pula saat pembacaan undang-undang(peraturan baru yang akan berlaku di asrama), seorang gadis berbaju merah muda membacanya tanpa melihat dengan matanya.
Setelah acara tersebut selesai, kami bermain-main ke kamar. Saat itu sebagian besar dari mereka mengantri mandi. Di kamar itu kami hanya bertemu dengan seoranga anak berbaju berwarna jingga. Dia sedang menekan tombol-tombol hp dan hp itu diletakan di dekat telinga. Tidak seperti kita jika ingin menelpon atau mengirim sms, kita pasti melihat ke layar apa yang akan kita ketik. Sedangkan anak itu, hanya menempelkan hpnya di dekat telinga untuk tahu apa yang dia ketik. Anak itu dapat tahu apa yang dipencetnya hanya dengan mendengarkan bunyi ombol-tombol keypad yang dipencetnya.
Ketika salah seorang dari kami berdiri di pinggir tangga, seorang anak berbadan besar menaiki tangga tersebut dengan memegang sisi kanan kiri dengan kedua tangannya. Awalnya kami sempat berfikir bahwa teman kami akan ditabraknya, tetapi perkiraan kami tersebut salah. Anak itu jalan kepinggir menghindar agar tidak menabrak orang yang ada di depannnya. Padahal teman kami tersebut diam mematung tak memberi tahu bahwa dia berada di situ. Anak itu menolehkan wajahnya ke arah teman kami seakan dia dapat memandang teman kami tersebut.
Mereka dapat melakukan semua yang kami lakukan. Membaca, menulis, berorganisasi, dll. Bahkan mereka dapat melihat dengan mata hati mereka yang terkadang kami pun tak mampu tuk menggunakan mata hati itu.
Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam Indonesia(Yaketunis) terletak di jalan Parangtritis km 4,6 Yogyakarta. Saat kami datang ke sana, kami disambut dengan senyum ramah dari para penghuni Yaketunis. Dalam sebentar saja kami merasa betah berada di sana. Dalam keterbatasan mereka,, tak ada tampak wajah bersedih atau merasa beda dari orang lain. Kami berbaur dengan mereka seperti kami berada di lingkungan orang-orang yang tak memilliki keterbatasan.
Pada saat kami di sana, kebetulan sedang dilaksanakan acara pemilihan ketua asrama dan pergantian pengurus. Acara tersebut di mulai dari pukul delapan pagi, hingga sore sekitar pukul lima. Mereka semua berpartisipasi penuh dengan acara tersebut sehingga acara itu dapat berjalan dengan asyik dan menyenangkan. Keakraban dan kehangatan mereka membuat kami merasa terharu. Walau mereka tak seberuntung remaja pada umumnya, tapi mereka dikaruniai oleh sesuatu yanng luar biasa yang tak dimiliki orang-orang normal seperti kami.mereka punya kelapangan hati menerima keterbatasan mereka. Selama kami di sana, kami tidak menemukan keluhan akan keterbatasan tersebut. Tetapi hanya semangat dan kebahagiaan yang ada di mata mereka yang tak mampu melihat. Tanpa mata yang normal, mereka mampu melihat apa arti kehidupan. Dengan mata hati yang lapang, mereka mampu melihat apa yang tidak dapat kami lihat.
Dalam acara tersebut, pembawa acara membacakan susunan acara dengan huruf braile. Dan jika kita tidak memperhatikan mata pembawa acara tersebut, kita tidak akan tahu bahwa dia membaca tidak dengan matanya, tapi dengan jari-jari yang bergerak ke kanan dan ke kiri menelusuri setiap huruf braile yang ada di atas kertas.
Begitu pula saat pembacaan undang-undang(peraturan baru yang akan berlaku di asrama), seorang gadis berbaju merah muda membacanya tanpa melihat dengan matanya.
Setelah acara tersebut selesai, kami bermain-main ke kamar. Saat itu sebagian besar dari mereka mengantri mandi. Di kamar itu kami hanya bertemu dengan seoranga anak berbaju berwarna jingga. Dia sedang menekan tombol-tombol hp dan hp itu diletakan di dekat telinga. Tidak seperti kita jika ingin menelpon atau mengirim sms, kita pasti melihat ke layar apa yang akan kita ketik. Sedangkan anak itu, hanya menempelkan hpnya di dekat telinga untuk tahu apa yang dia ketik. Anak itu dapat tahu apa yang dipencetnya hanya dengan mendengarkan bunyi ombol-tombol keypad yang dipencetnya.
Ketika salah seorang dari kami berdiri di pinggir tangga, seorang anak berbadan besar menaiki tangga tersebut dengan memegang sisi kanan kiri dengan kedua tangannya. Awalnya kami sempat berfikir bahwa teman kami akan ditabraknya, tetapi perkiraan kami tersebut salah. Anak itu jalan kepinggir menghindar agar tidak menabrak orang yang ada di depannnya. Padahal teman kami tersebut diam mematung tak memberi tahu bahwa dia berada di situ. Anak itu menolehkan wajahnya ke arah teman kami seakan dia dapat memandang teman kami tersebut.
Mereka dapat melakukan semua yang kami lakukan. Membaca, menulis, berorganisasi, dll. Bahkan mereka dapat melihat dengan mata hati mereka yang terkadang kami pun tak mampu tuk menggunakan mata hati itu.
No comments:
Post a Comment