A.
Pengertian
Persepsi
Dalam buku perilaku dan
manajemen organisasi ( John M. Ivancevich, dkk 2006: 116) persepsi
didefinisikan sebagai proses kognitif dimana seseorang individu memilih,
mengorganisasikan, dan memberikan arti kepada stimulus lingkungan. Melalui
persepsi, individu berusaha untuk merasionalkan lingkungan dan objek, orang dan
peristiwa di dalamnya. Persepsi, menurut
Jalaludin Rakhmat (1998: 51), adalah pengalaman tentang objek,
peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi
dan menafslrkan pesan.
Bimo Walgito (2002: 87)
mengemukakan bahwa persepsi seseorang merupakan proses aktif yang memegang
peranan, bukan hanya stimulus yang mengenainya tetapi juga individu sebagai
satu kesatuan dengan pengalaman-pengalamannya, motivasi serta sikapnya yang
relevan dalam menanggapi stimulus. Individu dalam hubungannya dengan dunia luar
selalu melakukan pengamatan untuk dapat mengartikan rangsangan yang diterima
dan alat indera dipergunakan sebagai penghubungan antara individu dengan dunia
luar. Agar proses pengamatan itu terjadi, maka diperlukan objek yang diamati
alat indera yang cukup baik dan perhatian merupakan langkah pertama sebagai
suatu persiapan dalam mengadakan pengamatan. Persepsi dalam arti umum adalah
pandangan seseorang terhadap sesuatu yang akan membuat respon bagaimana dan
dengan apa seseorang akan bertindak.
Dari definisi persepsi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi
merupakan suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan
menginterpretasikan masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman yang
ada dan kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan gambaran yang
berarti.
B.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Makmuri Muchlas
( 2008: 119) ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu :
- Pelaku
persepsi : penafsiran seorang individu pada suatu objek yang dilihatnya
akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya sendiri, diantaranya
sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan
pengharapan. Kebutuhan atau motif yang tidak dipuaskan akan merangsang
individu dan mempunyai pengaruh yang kuat pada persepsi mereka.
Contoh-contoh seperti seorang tukang rias akan lebih memperhatikan
kesempurnaan riasan orang daripada seorang tukang masak, seorang yang
disibukkan dengan masalah pribadi akan sulit mencurahkan perhatian untuk
orang lain, dll, menunjukkan bahwa kita dipengaruhi oleh kepentingan/minat
kita. Sama halnya dengan ketertarikan kita untuk memperhatikan hal-hal
baru, dan persepsi kita mengenai orang-orang tanpa memperdulikan ciri-ciri
mereka yang sebenarnya.
- Target
atau obyek persepsi : Gerakan, bunyi, ukuran, dan atribut-atribut lain
dari target akan membentuk cara kita memandangnya. Misalnya saja suatu
gambar dapat dilihat dari berbagai sudut pandang oleh orang yang berbeda.
Selain itu, objek yang berdekatan akan dipersepsikan secara bersama-sama
pula. Contohnya adalah kecelakaan dua kali dalam arena ice skating dalam
seminggu dapat membuat kita mempersepsikan ice skating sebagai
olah raga yang berbahaya. Contoh lainnya adalah suku atau jenis kelamin
yang sama, cenderung dipersepsikan memiliki karakteristik yang sama atau
serupa.
- Situasi
: Situasi juga berpengaruh bagi persepsi kita. Misalnya saja, seorang
wanita yang berparas lumayan mungkin tidak akan terlalu ‘terlihat’ oleh
laki-laki bila ia berada di mall, namun jika ia berada dipasar,
kemungkinannya sangat besar bahwa para lelaki akan memandangnya
Menurut David Krech dan
Ricard Crutcfield dalam Jalaludin Rahmat (2007:55) faktor-faktor yang
menentukan persepsi dibagi menjadi dua yaitu : faktor fungsional dan faktor
struktural.
1.
Faktor
Fungsional
Faktor fungsional adalah faktor yang berasal dari
kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita
sebut sebagai faktor-faktor personal. Faktor fungsional yang menentukan
persepsi adalah obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan
persepsi. Yang menentukan persepsi bukan bentuk atau jenis stimuli tetapi
karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli tersebut.
2.
Faktor Struktural
Faktor struktural adalah faktor-faktor yang berasal
semata-mata dari sifat stimulus fisik terhadap efek-efek syaraf yang
ditimbulkan pada sistem saraf individu. Faktor-faktor struktural yang
menentukan persepsi menurut teori Gestalt bila kita ingin memahami suatu
peristiwa kita tidak dapat meneliti faktor-faktor yang terpisah tetapi
memandangnya dalam hubungan keseluruhan.
C.
Proses
Terjadinya Persepsi
Menurut Bimo Walgito
(2002:90), terjadinya persepsi melalui suatu proses, yaitu melalui beberapa
tahap sebagai berikut: 1) Suatu obyek atau sasaran menimbulkan stimulus,
selanjutnya stimulus tersebut ditangkap oleh alat indera. Proses ini
berlangsung secara alami dan berkaitan dengan segi fisik. Proses tersebut
dinamakan proses kealaman, 2) Stimulus suatu obyek yang diterima oleh alat
indera, kemudian disalurkan ke otak melalui syaraf sensoris. Proses
pentransferan stimulus ke otak disebut proses psikologis, yaitu berfungsinya
alat indera secara normal, dan 3) Otak selanjutnya memproses stimulus hingga individu
menyadari obyek yang diterima oleh alat inderanya. Proses ini juga disebut
proses psikologis. Dalam hal ini terjadilah adanya proses persepsi yaitu suatu
proses di mana individu mengetahui dan menyadari suatu obyek berdasarkan
stimulus yang mengenai alat inderanya.
Dalam
http://bukunnq.wordpress.com/2011/04/23/persepsi/ proses persepsi melalui tiga
tahap, yaitu:
- Tahap
penerimaan stimulus, baik stimulus fisik maupun stimulus sosial melalui
alat indera manusia, yang dalam proses ini mencakup pula pengenalan dan
pengumpulan informasi tentang stimulus yang ada.
- Tahap
pengolahan stimulus sosial melalui proses seleksi serta pengorganisasian
informasi.
- Tahap
perubahan stimulus yang diterima individu dalam menanggapi lingkungan
melalui proses kognisi yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, serta
pengetahuan individu.
D.
Pengaruh
Persepsi dalam membuat Penilaian Tentang individu lain
Dalam mempersepsikanj
individu lain aplikasi yang paling
relevan dalam perilaku organisasi adalah Teori Atribusi. Teori atribusi ( teori
hubungan) mengemukakan bahwa ketika mengobservasi perilaku seorang individu,
kita berupaya untuk menentukan apakah perilaku tersebut disebabkan secara
internal atau eksternal. Perilaku yang disebabkan secara internal adalah
perilaku yang diyakini dipengaruhi oleh kendali pribadi seorang individu.
Sedangkan perilaku yang disebabkan secara eksternal disebabkan oleh akibat dari
sebab-sebab luar, maksudnya individu tersebut dianggap terpaksa berperilaku
demikian karena situasi, misalnya seseorang terlambat datang karena kecelakaan.
Dalam teori atribusi
terdapat tiga faktor penentu (Stephen Robbins& Timothy A. Judge, 2009: 176),
yakni :
1.
Perbedaan atau
kekhususan; menerangkan apakah seseorang memperlihatkan perilaku berbeda dalam
situasi yang berbeda pula.
2.
Konsesus;
apabila semua individu yeng menghadapi situasi serupa merespon dengan cara yang
sama.
3.
Konsistensi;
dalam tindakan-tindakan individu apakah individu tersebut selalu merespon dalam
cara yang sama secara terus menerus.
E.
Cara-cara
Singkat yang digunakan dalam Menilai Individu lain
Dalam
menginterprestasikan dan mempersepsikan apa yang dikerjakan orang lain, terkadang
kita diharuskan menempuh cara-cara singkat untuk menilai orang lain. cara-cara
tersebut antara lain (Makmuri Muchlas, 2008: 131):
1.
Persepsi
Selektif ; merupakan persepsi di mana ornag-orang mengitrprestasikan secara
selektif apa yang mereka lihat berdasarkan kepentingan, latar belakang,
pengalaman dan sikap mereka.
2.
Proyeksi;
kecendrungan untuk menghubungkan karakteristik-karakteristik diri sendiri
dengan individu lain, dalam menilai orang lain kita beranggapan bahwa
mereka menyerupai/ mirip dengan kita.
3.
Stereotip;
ketika menilai seseorang berdasarkan persepsi tentang kelompok dimana dia
tergabung.
4.
Efek Halo;
membuat sebuah gambaran umum tentang seseorang individu bgerdasarkan sebuah
karekteristik, seperti kepandaian, keramahan, dll.
Daftar Pustaka
Bimo
Walgito.2002.Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta.Andi Offset
Jalaluddin
Rahmat, 2003. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya : Bandung.
John M.
Ivancevich, dkk.2006.Perilaku dan Manajemen Organisasi.Jakarta.Erlangga
Makmuri
Muchlas.2008.Perilaku Organisasi.Yogyakarta.Gadjah Mada University Press
Stephen P.
Robbins, Timothy A. Judge.2009.Perilaku Organisasi edisi 12.
Jjakarta.Salemba Empat.
http://bukunnq.wordpress.com/2011/04/23/persepsi
diakses pada 06 Mei 2012