Tuesday, September 16, 2014

anak=robot vs anak=manusia

Di zaman seperti ini, banyak anak yang dianggap robot oleh orangtuanya. Anak-anak dipaksa untuk belajar, belajar, dan belajar. Pagi berangkat sekolah, siang kursus piano, vokal, dan sebagainya. Sore anak disuruh berangkat les mata pelajaran dan malam mengerjakan pr. Tidak ada waktu bermain bagi mereka. Padahal bermain merupakan hal penting yang harus dilakukan anak. karena didalam bermain banyak pelajaran yang mereka dapatkan daripada teori-teori dari buku. padqhal saat bermain anak-anak akan belajar banyak kata daripada hanya menghafal buku. Padahal saat bermain anak dapat menciptakan teori-teorinya. Padahal...ah
Ada seorang teman yang bercerita tentang muridnya. betapa menyedihkan anak itu. Sebut saja anak itu sebagai si D. si D merupakan korban ambisi orangtuannya. Si D harus bersekolah sampai sore, kemudian kursus, dan les. D tidak punya waktu bermain sama sekali. Belum lagi jika harus mengikuti pemotretan dan syuting iklan. Selain itu, si D juga akan diomel habis-habisan jika nilai ulangannya kurang dari 10. Saya tidak habis pikir tentang orangtuanya, sebenarnya mereka anggap apa anak mereka?
Ada juga anak yang tidak boleh membaca buku selain buku pelajaran jika nilai pelajarannya kurang dari delapan. Padahal jelas-jelas anak itu hobi membaca. Memiliki kemampuan membaca di atas rata-rata. Tapi bagi orangtuanya anak pintar dan berprestasi adalah anak yang memiliki nilai 10, pandai matematika dan juara kelas melulu.
Entah apa yang diinginkan orangtua mereka.
Untung saja saya masih menemukan orangtua-orangtua yang menganggap anaknya mwnusia.
Di sini saya masih melihat anak-anak bermain di kali tertawa riang, menangkap ikan. Berkotor-kotor ria, berlari di tanah tanpa alas kaki. Bertengkar hingga menangis, tapi keesokan harinya bermain bersama lagi. 
Di sini saya masih melihat anak-anak membuat mainan dengan barang-barang yang ditemuinya. membuat kapal-kapalan dari pelepah pisang, membuat pancing dari ranting-ranting, jala penangkap ikan dari tudung saji kecil milik ibu mereka. Setelah itu akan terdengar suara ibu-ibu mengomel betapa kreatifnya anak mereka. 
Saya masih melihat anak-anak dengan polosnya mentertawai anak terkecil berhasil menangkap ikan yang sangat besar. Dan para orangtua yang sedang mengawasi anak-anak bermain, memuji hasil tangkapan anak kecil itu, tanpa melihat baju yang kotor dan sandal jepit yang hilang sebelah. 
Saat sore, anak-anak itu akan pulang dan bersiap-siap berangkat mengaji. Tanpa paksaan dan mereka melakukannya dengan riang. 
Ketika di belahan bumi bagian lain anak-anak sedang menghafal teori-teori dari buku, anak-anak di sini, sedang menciptakan teori-teorinya.




No comments: